Kamis, 01 Mei 2014

5 Bingkisan Bagi Pendidik untuk Peserta Didik

10 November tahun 2012 lalu, saya bersama guru dan dosen Putera Indonesia Malang mengikuti bedah buku “Gurunya Manusia” oleh Bapak Munif Chatib, Pakar multiple intelligences serta pengarang sekaligus penulis buku Gurunya Manusia dan Sekolahnya Manusia. Banyak pencerahan yang saya dapatkan dari kegiatan tersebut, terutama masalah paradigma pendidik terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada kesempatan ini, saya akan membagi paradigma-paradigma tersebut kepada pembaca Buletin Coret.
Bapak Munif Chatib mengemas paradigma dimaksud menjadi lima bingkisan bagi guru. Kemudian beliau mengajak kita untuk membuka 5 bingkisan terindah bagi anak atau peserta didik kita. Bingkisan yang jika kita buka, kita akan merasakan sensasi rasa berbeda yang ditimbulkan dan ditujukan kepada kita dari anak atau peserta didik kita. Kelima bingkisan itu adalah:

  1. BINTANG, yaitu memandang setiap anak yang dilahirkan adalah JUARA (pintar, cerdas dan bintang). Bagaimanapun kondisi anak yang dilahirkan, Allah tidak pernah menciptakan produk gagal. Keyakinan ini jika ditanamkan dalam alam bawah sadar pendidik maka akan menghasilkan proses pendidikan yang luar biasa. Telah banyak bukti bahwa kesuksesan peseta didik tergantung mind set dari sang pendidik terhadap peserta didik. Contohnya, Lena Maria seorang yang cacat fisik, dia tidak memiliki tangan dan hanya memiliki satu kaki namun mampu menghasilkan prestasi juara Olimpiade Renang. Dia mampu memasak, menyetir mobil, menyulam dan banyak hal lain yang dapat dihasilkan seolah-olah dia tidak cacat. Silakan lihat keseharian Lena Maria di link http://www.youtube.com/watch?v=GuCtez-fAmM
Contoh lain, Hellen Keller, seorang tuna rungu dan tuna netra. Dia mampu belajar dengan kekurangan-kekurangannya tersebut dengan menggunakan bahasa isyarat. Kondisi akhir terbaiknya yang berhasil dicapai adalah sebagai seorang penulis, aktivis politik dan pengajar. Ia orang buta tuli pertama yang berhasil menyelesaikan kuliah seni. Dan masih banyak contoh-contoh lainnya yang menunjukkan bahwa setiap anak adalah BINTANG.
Tips yang harus kita terapkan sebagai pendidik adalah pertama kita harus mengklik alam bawah sadar kita dengan tombol “ON” dalam posisi BINTANG, artinya kita akan melihat bahwa peserta didik kita adalah Bintang. Kedua, kita harus meruntuhkan barrier atau penghalang terhadap berbagai aktivtias yang ada dalam proses belajar. Bagaimanapun kondisi anak atau peserta didik kita, mereka adalah juara dan berhak atas pendidikan formal di sekolah.

  1. SAMUDRA, yaitu memahami kemampuan dalam arti luas, tidak terkotak-kotak dan hanya fokus pada satu ranah kemampuan sementara ranah lainnya tidak dilirik dan tidak mendapat di hati para guru dan orang tua. Kemampuan dalam diri peserta didik kita ada tiga:
a.      Akhlak-afektif atau bisa disebut respon adalah sebuah kemampuan, namun sedikit sekali yang mengakuinya.
b.      Kreativitas - psikomotorik adalah kemampuan menghasilkan sebuah karya, apapun itu.
c.       Kognitif, yang disalahartikan, dipersempit menjadi tes-tes tertulis dan dikelompokkan.

Salah satu saja dari 3 ranah kecerdasan tersebut dipenuhi maka setiap anak atau peserta didik sudah dapat dikatakan Cerdas. Masih banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang masih memaksakan kehendak yang pada akhirnya akan memicu kemunduran akhlak dan kreativitas. Namun di institusi pendidikan Putra Indonesia Malang baik tingkat Akademi (Akfar dan Akafarma) maupun SMK menerapkan dan selalu terus menerus memperbaiki proses pembelajaran menuju pendidikan yang humanis dan ramah otak. Berhubungan dengan kognitif, ada beberapa syarat yang harus diterapkan yaitu:

a.      Raport harus berdasarkan pada nilai komprehensif 3 ranah.
b.      Adanya pameran produk, sebagai hasil dari ranah psikomotorik
c.       Tidak ada sistem ranking, sehingga tidak ada anak yang merasa dipermalukan ketika nama disebutkan dan dia tidak terdapat dalam daftar anak-anak dengan nilai memukau.

  1. HARTA KARUN, bahwa setiap anak atau peserta didik cerdas dengan multiple intelligence. Pak Munif meredefinisi kecerdasan yaitu kegiatan perilaku yang diulang-ulang. Ada dua ciri dalam bingkisan harta karun itu, keduanya adalah creative dengan cara membuat sesuatu yang baru dan juga dapat menyelesaikan masalah sendiri atau problem solving misalnya mengecat rumah, naik tangga sendiri, mau nyebrang, dll. Pada intinya, jika otak mendapat stimulus yang kurang tepat, maka tidak akan terjadi sebutan bahwa dia adalah anak bodoh. Menurut Munif Chatib, tidak ada manusia bodoh, yang ada hanyalah manusia yang tidak mendapat stimulus yang benar.
  2. PENYELAM (Discovery Ability), adalah bahwa pendidik harus menjelajahi kemampuan peserta didik meskipun sekecil debu. Beri apresiasi yang meriah meskipun hanya sebatas pujian, penghargaan dan lain-lain. Tapi terkadang pendidik kurang peka terhadap hal-hal positif, mereka lebih suka berkecimpung di ranah abu-abu.
  3. BAKAT (potensi, hobi, bakat, minat, niat, profesi). Bakat dapat terlihat dari kesukaan peserta didik kita. Ciri-ciri hobi yang menjadi profesi adalah ketika kita melihat usaha dan kesukaannya itu bisa dimanfaatkan atau berguna bagi orang lain.
Pada akhirnya, dalam bedah buku Gurunya Manusia, disampaikan pula bahwa gaya belajar guru atau pendidik harus disesuaikan dengan gaya belajar siswanya. Disesuaikan artinya kedua belah pihak, baik pendidik maupun peserta didik berusaha menyesuaikan diri. Gaya Mengajar Pendidik menyesuaikan Gaya Belajar peserta didik, peserta didik pun tidak boleh manja, dia harus berusaha menyesuaikan gaya belajarnya dengan gaya mengajar pendidik. Jika tidak demikian maka pelajaran akan terasa sulit.
Jika kelima bingkisan tersebut telah dipahami dan diterapkan, para pendidik pun dapat memperlakukan siswa sebagai manusia yang punya hak mendapatkan pendidikan yang layak. Sebaliknya, si pendidik akan dirindukan peserta didik hingga jadilah gurunya manusia.

Malang, 10 Des 2012
Meridianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar