Selasa, 10 Januari 2012

Paradigma Kecerdasan (Bagian 3)

A. THOMAS ARMSTRONG
Thomas Armstrong yang berasal dari latar belakang pendidikan khusus adalah salah satu pendidik pertama yang menerjemahkan teori Multiple Intelligences. Armstrong berusaha menerjemahkan teori Multiple Intelligences, yang semula dalam ranah psikologi, ke dalam ranah pendidikan. Armstrong memasukkan sentuhan-sentuhannya sendiri: petunjuk adanya “Pengalaman yang melumpuhkan”, yang melengkapi konsep Joseph Walter dan Gardner tentang “Pengalaman yang mengkristalkan”; anjurannya untuk menggunakan kenakalan-kenakalan siswa sebagai petunjuk pengembangan kecerdasan mereka; saran-saran informal tentang cara melibatkan siswa dalam proses penilaian kecerdasan mereka sendiri dan cara mengelola kelas dengan pendekatan Multiple Intelligences.


Selama empat belas tahun Armstrong mencoba menerapkan teori Multiple Intelligences Howard Gardner dalam persoalan-persoalan dasar mengajar di kelas. Dia mulai tertarik pada teori Multiple Intelligences pada 1985, saat menyadari teori ini memungkinkan kita berbicara tentang bakat alami anak-anak, terutama mereka yang dicap sebagai anak yang bermasalah dalam belajar di sekolah (Armstrong, 1987). Pada 1970-an sampai 1980-an, sebagai seorang spesialis yang menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar, dia mulai terdorong untuk meninggalkan model yang disebutnya paradigma deficit dalam pendidikan khusus. Dia ingin mengembangkan sebuah model baru berdasarkan pada hal yang dilihatnya sebagai ragam-bakat para siswa yang dianggap “cacat”.
Sejak penerbitan bukunya Howard Gardner, Frames of Mind pada 1983, kesadaran pendidik tentang teori Multiple Intelligences berkembang pesat. Dari sebuah model yang semula popular terutama di bidang pendidikan khusus dan sekolah-sekolah serta guru-guru di kalangan terbatas di Amerika Serikat pada 1980-an, teori Multiple Intelligences meluas hingga menjangkau ratusan distrik sekolah, ribuan sekolah, puluhan ribu guru di Amerika Serikat, serta di berbagai Negara lain pada 1990-an. Para pendidik menerapkan konsep-konsep Multiple Intelligences dalam banyak hal, mulai dari program untuk anak-anak (Merrefield, 1997) sampai sekolah tinggi (Diaz-Lefebvre & Finnegan, 1997), bahkan di panti penampungan gelandangan (Taylor-King, 1997).

B. MUNIF CHATIB

Munif Chatib adalah seorang tokoh pendidikan yang sangat aktif memperjuangkan teori Multiple Intelligences agar dapat diterapkan pada sistem pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1998-1999, Chatib menyelesaikan studi Distance Learning di Superchamp Oceanside California USA yang dipimpin oleh Bobbi DePoorter. Dari 73 lulusan alimni pertama tersebut, beliau menduduki peringkat ke-5 dan satu-satunya lulusan dari Indonesia.
Kemudian, sampai dengan tahun 2007, Chatib, dengan bimbingan Howard Gardner telah mengembangkan penelitian tentang MIR (Multiple Intelligences Research) agar dapat diterapkan di Indonesia. MIR adalah instrument riset yang dapat memberikan deskripsi tentang kecendrungan kecerdasan seseorang. Dari analisis terhadap kecendrungan kecerdasan tersebut, dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi seseorang. Setiap guru harus menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa yang telah diketahui dari hasil MIR. MIR yang dilakukan secara berkala terhadap seseorang dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar akan menjadi akselerator baginya untuk menemukan kondisi terbaik.
J.K.  Rowling (Penulis novel fiksi Harry Potter) menemukan kondisi akhir terbaiknya pada usia 43 tahun sehingga menjadikan dia sebagai wanita terkaya sedunia 2007 (majalah Forbes). Namun, ada juga sebagian orang berhasil menemukan kondisi akhir terbaiknya sejak dini, misalkan pada umur 5 tahun atau bahkan lebih awal. Dengan MIR yang dilakukan secara rutin (minimal setiap tahun), setiap siswa memiliki data riwayat kecerdasan yang memungkinkan seseorang lebih cepat menemukan kondisi akhir terbaiknya.


Tabel : Anak dengan kondisi akhir terbaik di awal usia

NO
Nama dan Asal Negara
Kecerdasan
Kondisi Akhir Terbaik dan Umurnya
1
Sayyid Muhammad Husein Thabathaba’I (iran)
Spasial-Visual
Hafal Al Quran beserta maknanya dengan metode photocopy memory (5 Tahun)
Gelar doctor kehormatan dari universitas di Inggris (7 tahun)
2
Alia Sabur (Amerika Serikat)
Linguistik
Musikal
Mulai membaca dan bicara (umur 8 Bulan)
Konser Solo Mozart Concerto (umur 11 tahun)
3
Ghefira Nurfatimah (Indonesia)
Linguistik
Pemegang rekor MURI untuk penulis termuda Indonesia (kelas 2 SD)

4
Maria Audrey Lukito (Indonesia)
Linguistik
Sarjana Termuda Indonesia (16 Tahun)
Anak usia termuda (14 tahun) dari Indonesia yang menguasai 3 bahasa asing: Inggris (TOEFL:670), Prancis (Lulus DELF A3), dan Rusia (dari University of Virginia)
Peserta termuda (14 tahun) dari Indonesia dengan nilai tinggi (670) untuk ujian TOEFL
Mahasiswi termuda (13 tahun) dari Indonesia yang masuk perguruan tinggi di Amerika (Mary Baldwin College)
5
Jeane Phialsa (Alsa) (Indonesia)
Musikal
Drumer professional termuda Indonesia (7 tahun)

Bersambung...

1 komentar:

  1. Bisakah saya minta contoh pelaksanaan MIR. Mohon dengan sangat bantuannya karena saya ingin seklai menerapkan MIR untuk murid saya.. Trims..

    BalasHapus